Semangat Membangun Pesisir
Pembangunan sektor
kelautan dan perikanan terbukti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah
secara lebih tepat dan tidak dapat dipungkiri telah mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi di wilayah-wilayah pengembangan melampaui kawasan lainnya. Dengan kata
lain sektor ini dapat menjadi lokomotif pembangunan dalam upaya percepatan
pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Secara makro
ekonomi percepatan pertumbuhan di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konsel dari sektor
perikanan. Optimisme cerahnya pertumbuhan ekonomi jika pembangunan wilayah
pesisir digenjot ini dapat dilihat dari upaya peningkatan pendapatan masyarakat
pesisir khususnya pembudidaya ikan dan nelayan harus didukung dengan upaya
peningkatan produksi dan produktivitas usaha perikanan Konawe Selatan.
Luas
Perairan Laut Pesisir Kabupaten Konsel yang mencapai kurang lebih 400 KM2
sangat berpotensi memacu pertambahan ekonomi baru di Konawe Selatan, khususnya
pengembangan kegiatan perikanan seperti budidaya laut (rumput laut, ikan dan
biota air lainnya) dan budidaya air payau, (tambak udang dan bandeng) serta
kegiatan penangkapan ikan di laut. Dan sesuai data pada tahun 2012, Kabupaten
Konsel memiliki potensi untuk pengembangan kegiatan budidaya rumput laut
sebesar 50.000 ton per tahunnya. Budidaya laut lain yang berpotensi untuk
dikembangkan antara lain budidaya ikan kerapu (Epinephelus sp) dan
budidaya lobster (Panulirus sp). Dan proyeksi dari kegiatan perikanan
tangkap tahun 2013 ini mencapai 63.110 ton per tahun.
Produktivitas
usaha perikanan ini masih dapat dipacu melalui kegiatan-kegiatan yang dapat
memacu peningkatan produksi dengan catatan penyediaan sarana dan prasarana
produksi bagi rakyat harus terpenuhi. Secara khusus kegiatan usaha
berupa budidaya laut dan air payau untuk komoditas rumput laut, udang windu,
ikan bandeng, menunjukkan tingkat produktivitas usahanya masih dapat
ditingkatkan melalui penyediaan sarana dan prasarana serta faktor-faktor
penunjang lainnya.
Rendahnya produktivitas
usaha perikanan baik budidaya maupun penangkapan disebabkan oleh beberapa fakta
antara lain, pelaku budidaya masih melaksanakan usahanya secara tradisional
sehingga tingkat produksi yang dihasilkan masih sangat rendah. Selain itu
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang baik secara kualitas maupun
kuantitas sangat terbatas dan penyebaranyan belum merata serta penerapan
teknologi belum optimal akibat dari keterbatasan permodalan.
Tak heran hasil
laut warga di dua kecamatan ini hanya menjadi sasaran para tengkulak. Ini
sangat disayangkan potensi besar tidak terkelola dengan baik. Jika saja
digenjot maka akan memberi nilai tambah bagi income daerah. Untuk mencapai
semua ini diperlukan adanya kemauan politik dari semua pihak, terlebih pemerintah
daerah. Ada sejumlah wilayah kecamatan pesisir di Konsel yang berpotensi
dikembangkan, yakni Laonti dan Tinaggea,. Namun keberadaan daerah-daerah
pesisir ini masih belum sepenuhnya kebagian “kue pembangunan” dari pemerintah
Konsel. Nah karena itu pula angin segar telah membawa perubahan signifikan
sejak pemerintah Konsel mencanangkan pembangunan pesisir melalui sentuhan
program Desa Maju Konsel Hebat.
Kondisi tak jauh
berbeda dialami warga Kecamatan Laonti dimana untuk mencapai Laonti hanya dapat
dilalui lewat laut. Wilayah yang berjarak tempuh 70 KM dari ibukota Andoolo
sebagian besar telah teraliri listrik. Kondisi ini otomatis ikut mempengaruhi
kehidupan ekonomi warga setempat. “Tahun sebelum mekar, hasil bumi dan hasil
laut warga di dua kecamatan hanya menjadi sasaran para tengkulak mengingat
tidak adanya informasi pasar yang bisa diperoleh petani dan nelayan
setempat,”ujarnya. “Jika
saja sarana listrik tersedia, maka warga bisa memperoleh informasi melalui
pesawat televisi dan radio,”tambahnya. Kini hampir sebagain desa telah di
terangi listrik tenaga surya.
Ada banyak
pilihan sebebnarnya sebagai solusi terbaik bagi warga yang belum memiliki
listrik, yakni dengan memanfaatkan sumber daya air yang melimpah untuk membuat
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) atau juga pembangkit listrik tenaga
surya (PLTS). Sebagai secara ekonomi listrik yang menggunakan tenaga
diesel akan lebih mahal, sebab menggunakan bensin dan solar yang harganya
mahal. “Kebutuhan listrik dan telekomunikasi harus ada sebagai solusi bagi
masyarakat di kecamatan itu agar dapat berdaya dan terbantu kehidupan ekonomi
mereka,”ujarnya.
Dan yang tidak
kalah pentingnya adalah masalah transportasi jalan, dimana hampir sebagaian
besar desa di laonti hanya mengandalkan transportasi laut. Nah. soal jalan,
pemerintah konawe selatan telah membangun infrastruktur jalan yang
menghubungkan antara desa di Kecamatan Laonti, salah satunya merintis jalan
yang menghubungkan Kecamatan Kolono Timur dan Kecamatan Laonti yang mesti
membelah kawasan koservasi di Desa Langgapulu menuju Desa Wisata Namu.
Potensi terbesar hasil bumi di dua kecamatan ini adalah, pertanian, hasil laut
berupa rumput laut dan perikanan tangkap serta wisata bahari. Dapat dibayangkan
jika seluruh infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat, seperti listrik dan
jalan raya terbangun, maka laonti akan meraih kesejahteraan layaknya desa-desa
lain di Konawe Selatan. ^^
Comments
Post a Comment