Pers dan Lingkungan Hidup


"Pers dan Lingkungan Hidup " Kami tak punya alasan lain ketika harus mengambil judul judul ini sebab semata-mata sebagai garis idealisme yang merindukan sebuah perubahan yang saat ini  tengah mereduksi para penggiat kehutanan dan kemiskinan di Sulawesi Tenggara.

Judul yang menggugah sekaligus menjadi inspirasi menerbitkan sebuah buku, selain cukup pas
menggambarkan aktifitas yang dilakukan kawan-kawan pers, judul ini juga telah memberikan ruang ekspresi para penggiat lingkungan khususnya isu kehutanan untuk lebih konsen memberi perhatian mereka pada masalah-masalah lingkungan di Sulawesi Tenggara.

Pada dasarnya, buku ini merupakan review dan story tentang perjalanan inisiasi para wartawan lingkungan, khusunya wartawan  yang tergabung dalam organisasi Green Press dalam memberikan sumbangsih pada proses pengelolaan lingkungan hidup di sulawesi tenggara. 

Sebuah story panjang yang penuh dengan bebagai tantangan dituangkan dari serpihan catatan diri para pelaku Green Press terhadap sebuah tahapan proses berinteraksi bersama masyarakat dan penggiat lingkungan lainnya.

Torehan kisah para wartawan yang harus bekerja dan terjun langsung mempraktekkan kerja-kerja teknis inisiasi, berupa kegiatan penguatan kapasitas melalui pelatihan jurnalistik, diskusi reguler, kegiatan reportease hunting, hingga menerbitkan buku dan film dokumenter. Sungguh kegiatan yang jauh dari kehidupan kaum jurnalistik yang selama ini hanya menjadi penulis dan penerbit sebuah artikel di media mereka.

Green Press menjadi salah satu motor pembaruan kegiatan wartawan, yang merasakan langsung perjuangan masyarakat memulai pada norma hidup yang lebih baik dan sejahtera.

Selain itu pada buku ini juga mengisahkan kegigihan perjuangan para wartawan meski harus mendapat perlakuan tidak wajar dari segelintir kelompok komunal masyarakat khususnya para pengusaha hitam dan terlebih lagi intimidasi dinternal pers itu sendiri, seperti  dari redaktur dan pemred di kantor mereka hanya karena mempersoalkan aktifitas mereka dalam konsen pada lingkungan hidup.

Dalam buku ini juga bercerita tentang bagaimana kisah para wartawan lingkungan yang harus berada dalam posisi yang tertekan baik dari sisi perjuangan pengaduan hak-hak rakyat atas hutan hingga tekanan dari media mereka. Maka itu perlu potongan kisah tentang aktifitas wartawan di media mereka.

Potongan kisah ini menjadi satu adegan ketika pilihan begitu sulit yang terkadang membuat wartawan berada didua plihan yang sulit, mempertahankan independensi atau memutuskan keluar dari media tempat mereka bekerja. Intimidasi dan kekerasan ini masih menjadi salah satu momok menakutkan bagi para wartawan, namun demi perubahan semua dapat terlewatkan. 

Skrip kisah ini menuangkan aktifitas alami yan telah diabadikan sebelumnya, yakni berada disejumlah lokasi, seperti rekam aktifitas pelatihan wartawan di Hotel Almaira di Jl S Parman kota Kendari. Kegiatan reportease hunting bersama rekan-rekan pena Indonesia di Taman Hutan Raya Murhum di bukit Nipa-nipa Kota Kendari, diskusi reguler di sejumlah lokasi seperti di di ruang meeting MFP, di PPLH Unhalu, aula pertemuan KTPH Gunung jati, hingga Proses inisiasi mendorong kebijakan atas lingkungan contoh tentang pembahasan rancangan perda lingkungan hidup dan psda bekerjasama dengan LSM Lepmil dan Care International serta pembuatan perda pengelolaan tahura murhum dan hutan nangananga berbasis DAS.   

Untuk proses rekam kegiatan ini green press telah mengambil sampel dua media harian terkemuka di kendari yakni Kendari Pos dan Kendari Ekspres sebagai medium komunikasi rakyat. 

Penggalan kisah dan pengalaman lainnya adalah progress Green Press dalam momentum peringatan hari lingkungan hidup yang diselenggarakan green press pada 5 juni 2006 silam di kantor MFP yang juga menjadi kantor green press. Dimana terdapat tujuh kegiatan, yakni berupa peluncuran tabloid milik green press "Jejak", lounching radio green news, lelang tabloid perdana untuk membantu korban gempa Jogyakarta, pameran produk karya jurnalistik berupa memajang hasil reportase hunting tentang isu lingkungan khsusunya kehutanan dan kemiskinan, pemutaran film bertema lingkungan bersama pers, NGO dan masyarakat yang tergabung Kelompok tani pelestari hutan (KTPH) dan terakhir berupa pemberian award atau penghargaan kepada jurnalis yang selama ini konsen pada isu lingkungan hdup di sulawesi tenggara. Potongan gambar ini telah tersedia dan tinggal menunggu proses edit dan olah data.

Semoga kehadiran buku ini dapat menambah referensi kita tentang sebuah proses inisiasi kegiatan lingkungan khususnya masalah kehutanan di sulawesi tenggara dan memberi apresiasi pada wartawan untuk turut serta melakukan pelestarian lingkungan melalui pola kerja wartawan. Akhir kata selamat membaca buku ini dan tetap suarakan lingkungan dengan hati. ^^

Comments

Popular Posts