Ruruhi Undercover - Part 2


Tentu banyak yang belum tau tentang lembaga Komunitas Ruruhi Project. Ya, Ruruhi Project adalah komunitas pemerhati sosial yang anggotanya terdiri dari berbagai latar belakang, ada Musisi, Desainer, Jurnalis, Akademisi, IT, konservasi, fotografer dan videomaker semuanya komplit. Saat pertama kali bertemu Mereka bersepakat untuk mengabdikan diri sebagai pekerja sosial masyarakat khususnya  untuk masyarakat di pedesaan. Ruruhi bekerja secara kolektif berdasarkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki anggotanya dan saling bahu membahu dan siap berkontribusi, baik dalam hal pemikiran, ide/gagasan hingga pendanaan. Sebab, sudah menjadi kesepakatan seluruh anggota Ruruhi berdonasi kepada untuk kehidupan dan lingkungan. 

Ruruhi Project terbentuk sejak tahun 2016 di Kota Kendari. Nama ruruhi diambil sebagai penanda local community. Nama Ruruhi diambil dari buah lokal yang banyak tumbuh di daerah daratan Sulawesi Tenggara.  Project pertama yang dilakukan Komunitas Ruruhi adalah mendorong Mendorong  Kemandirian Desa Melalui Pengembangan Ekonomi Kreatif  Berbasis Pengelolaan Sumber Daya Alam  Berkelanjutan dengan wilayah kerja di Desa Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan. Dari kegiatan ini Kami berharap terbangunnya  kesadaran masyarakat akan kekayaan Sumber Daya Alam sebagai penopang ekonomi keluarga dan berharap adanya jaminan penyelamatan kawasan dan wilayah kelola masyarakat sumber daya alam di daerah ini. Berikut kegiatan Komunitas Ruruhi Project dalam mendorong Desa Wisata Namu selama kurang lebih 3 tahun.

Identifikasi Potensi 
     
       Identifikasi potensi desa menjadi kegiatan awal dari aksi sosial Komunitas Ruhruhi di Desa Namu.  Melalui pertemuan kampung, rembug bersama seluruh komponen desa dari semua kalangan menjadi penting dalam rangka mencari kesepakatan bersama mendorong pembangunan desa namu bverbasis masyarakat. Rembuk bersama warga juga dilakukan untuk menggali potensi yang ada di desa mereka. Dari pertemuan itu membagi informasi tentang potensi dan komoditas yang ada di wilayah mereka, diantaranya  keindahan alam, hasil bumi, kekayaan flora fauna/hayati, sosio kultural, masyarakat, tradisi atau hal-hal yang bersifat khas/unik yang tak dimiliki daerah lain. Warga juga membagi informasi tentang potensi unggulan yang akan dijadikan komoditas utama desa mereka jika kelak menjadi desa wisata. Dari pertamuan ini, warga mendorong perlunya komitmen yang kuat dari seluruh komponen desa untuk menyamakan pendapat, persepsi dan mengangkat potensi desa guna dijadikan desa wisata. Komitmen ini yang menjadi dukungan terkuat bagi terwujudnya dan keberlangsungan desa wisata namu di masa mendatang. Selain identifikasi potensi wisata, rembuk kampung juga melakukan  identifikasi permasalahan yang bisa jadi penghambat bagi pengembangan potensi wisata desa, mulai dari yang bersifat fisik, non fisik atau sosial, internal dan eksternal. Dari pertemuan itu diketahui jika desa namu sangat rentang dengan konflik antar antara dusun, terkait keadilan pembangunan melalui  dana desa. Dalam jangka panjang komunitas ruruhi mengingatkan adanya ancaman pihak ketiga ketika desa wisata namu benar-benar terwujud, karena akan menjadi alat bancakan, baik oknum pemerintah maupun swasta yang memanfaatkan desa wisata untuk kepentingan memuluskan proyek ke depan,  termasuk di sini untuk penganggaran guna pembangunan desa wisata dengan menggunakan seluruh sumber daya ekonomi yang ada.    

Membangun Posko

Sudah belasan tahun tiga rumah panggung berdiri di pinggir pantai dusun oloa. Satu rumah milik pak Yuddin, kepala desa Namu, rumah lainnya milik Kepala SD Namu yang selama ini digunakan untuk penampungan hasil laut dan hasil bumi. Dan satu rumah lagi milik warga dusun yang juga dipakai untuk menjemur ikan. Rumah-rumah ini berdiri di atas pasir   sehingga mengurangi keindahan pantai oloa. Karena dianggap mengganggu pemandangan, Pak desa pun memutuskan untuk membongkar rumah milik ibunya itu. Keputusan yang berat ini dilakukan pak Desa  untuk memberi contoh pada dua pemilik rumah lainnya dan akhirnya rumah-rumah itu ikut dibongkar oleh pemiliknya. “Saya ikhlas demi pembangunan desa wisata namu,”kata Yuddin.

 Inilah titik awal yang menjadi pekerjaan pertama pak desa untuk membenahi desa namu menjadi desa wisata. Bahan dari rumah milik pak desa ini kemudian digunakan untuk membangun pusat data dan informasi Desa Wisata Namu yang didirikan samping di pintu masuk desa dekat dermaga desa. Rumah dibangun  dua lantai sehingga kadang kami menyebutnya sebagai rumah tinggi.  

Posko ini digunakan kawan-kawan komunitas Ruruhi Project sebagai rumah inap dan  untuk rapat bersama warga serta mengerjakan seluruh workplan dan branding desa. Sesuai peruntukannya, sebagai pusat data dan informasi komunitas ruruhi berusaha mendorong pemerintah desa dan organisasi sadar wisata untuk menyediakan seluruh informasi tentang desa dan perkembangan pengelolaan desa wisata Namu. Namun karena minimnya anggaran membuat rencana beasr ini masih tertunda sementara waktu. “InsyaAllah saat waktunya tiba, posko ini akan benar-benar berfungsi sebagai pusat data informasi. Sejauh ini informasi yang disampaikan masih bertumpu pada basis media social dan secara lisan kepada para pengunjung yang hadir,”kata Fior.

 Saat desa Namu mulai banyak dikunjungi wisatwan, rumah tinggi ini menjadi rumah yang kerap dipakai menginap secara gratis oleh para pelancong. Kelompok sadar wisata sebagai pengelola desa wisata belum pernah sekali pun menarik retribusi atau penyewaan rumah ini, padahal rumah ini dilengkapi dengan MCK. “Hampir setahun desa wisata dikelola, namun  kami belum sakli pun menarik retribusi atas biaya sewa atas posko tersebut kepada pengunjung,”ujar Om Dong, Ketua Pokdarwis Namu.

 Tidak adanya inisiatif menarik retribusi disebabkan baik rumah tinggi maupun di pintu masuk tentu ada banyak pertimbangan, selain masih baru juga karena belum adanya regulasi yang mengatur tentang retrbusi desa wisata di Namu.

Memetakan Spot Diving

20 Desember 2016, pukul 09.00 saat matahari mulai menghangatkan air laut. Dua penyelam asal Kendari, Ahmad Nizar dan Risfandi Otonk mulai menyiapkan peralatan selam di pendopo utama desa Wisata Namu. Keduanya akan memulai pekerjaan  ploting area dalam rangka melihat kondisi bawah laut Desa Namu, sekaligus mengambil titik koordinat untuk spot snorkeling dan diving di daerah ini. Sejumlah tali dan bola apung disiapkan sebagai penanda di area spot. Explorasi bawah laut namu ini merupakan bagian dari upaya lanjutan memetakan potensi pariwisata desa Namu yang seluruh kegiatannya dilakukan secara suka rela oleh kawan-kawan Ruruhi Project bersama kawan-kawan penyelam yang tergabung dalam Diver’s Kendari. Satu kapal milik warga Namu digunakan untuk mengangkut peralatan sekaligus mengantar tim divers ke lokasi.  Explorasi sendiri dilakukan di empat titik atau spot, yang dimulai dari perairan dusun oloa, lalu bergeser ke perairan dalam yang berada di sisi kiri dusun satu. Tim juga melakukan penyelematan di sekitar perairan perbatasan desa antara Desa Namu dan Desa Batu jaya. Dan mengambil koordinat di wilayah perairan dusun dua dan dusun tiga Namu. Jarak antara satu spot ke spot lainya mencapai 400 M – 1 KM. Selain mengambil titik koordinat di spot, tim explore juga mengambil video bawah laut dan hasilnya cukup mengagumkan, sebagian kondisi terumbu karang masih Nampak baik dan sehat dengan ikan yang melimpah. Warna warni terumbu karang juga menjadi keindahan tersendiri dan disambut gembira bagi para penyelam.

Namun, harus diakui sebagian besar terumbu karang mengalami kerusakan parah akibat aktifitas illegal fishing seperti pemboman dan pembiusan karang oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Menurut Risvandi, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk kembali memulihkan terumbu karang di sepanjang wilayah Laonti khususnya di Desa Namu. Dan dibutuhkan, penegakan aturan yang keras kepada para pelaku illegal fishing, sebab, jika tidak akan menjadi ancaman bagi kelangsung sumber daya hayati sebagai ketahanan pangan masyarakat di pesisir. Lebih dari itu, aktifitas illegal fising juga menjadi ancaman terbesar pada kelangsungan Desa Wisata yang tengah dibangun di Desa Namu dan sekitarnya. Dibutuhkan intervensi yang serius dari semua pihak terutama pemerintah desa dan kelompok sadar wisata maupun kelompok pengawas perikanan laut di wilayah itu serta dukungan penegakan aturan dari aparat hukum agar kelestarian lingkungan di namu terjamin dengan baik.  

Membuat, Branding, Video dan Foto

Salah satu pekerjaan yang paling banyak dilakukan adalah mengabadikan keindahan potensi alam Desa Namu melalui video dan foto. Tim kreatif ruruhi project membuat berbagai kemasan video conten yang akan dishare ke media social youtube maupun facebook. Orang paling sibuk urusan ini adalah Dhany karena harus memproduksi video secara cepat dan tepat waktu. Priode pekerjaan membuat video conten memang tidaklah mudah, sebab, perlu banyak tahapan yang dilalui, mulai dari pra produksi berupa observasi lapangan, studi actor-aktor desa, studi potensi, pembuatan script dan shotlist,  hingga  pengambilan gambar atau stock shot. Setelah gambar tersedia selajutnya dibuat diedit dan sampai pada tahap uploading media sociall facebook dan youtube. Pada pasca produksi tim ruruhi project juga membuat kegiatan pemutaran film bareng di sejumlah lokasi seperti hotel dan cafĂ© serta di kampus-kampus sebagau upaya melakukan advokasi komunikasi pada public. Kegiatan memproduksi film documenter ini memang terbilang masiv sebab hamper dikerjakan oleh seluruh tim kreatif ruruhi project sebagai upaya mengkampanyekan desa namu sebagai desa wisata ke public.    Tak hanya itu tim kreatif komunitas bersama-sama warga membuat sejumlah papan branding desa wisata namu dan spot selfie di sejumlah titik atau spot wisata namu. 

Membentuk Pokdawis Namu

Salah satu yang menjadi perhatian besar kawan-kawan Komunitas Ruruhi adalah membangun kelompok sadar wisata di Namu. Bukan saja karena aturan yang mewajibkan pembentukan kelompok ini di setiap desa wisata, namun juga melihat peran sentral pokdarwis itu sendiri, yang kami proyeksikan kelak menjadi ujung tombak pengelolaan desa wisata di Namu. Seperti diketahui, fungsi pokdarwis selain sebagai penggiat, juga sebagai mitra pemerintah desa dalam menjalankan program desa wisata itu sendiri.  

Sadar Wisata, adalah suatu kondisi yang menggambarkan partisipasi dan dukungan segenap komponen masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di suatu destinasi atau wilayah.  Sapta Pesona,  adalah  jabaran konsep Sadar Wisata yang terkait dengan dukungan dan peran masyarakat sebagai tuan rumah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata, melalui perwujudan unsur aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan unsur kenangan.

kelompok sadar wisata, selanjutnya disebut dengan Pokdarwis, adalah  kelembagaan di tingkat masyarakat yang anggotanya terdiri dari para pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab serta berperan sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya iklim kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan serta terwujudnya Sapta Pesona dalam meningkatkan pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan manfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.

Pokdarwis ini merupakan kelompok swadaya dan swakarsa masyarakat yang dalam aktivitas sosialnya berupaya untuk :Meningkatkan pemahaman kepariwisataan,  Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan,  Meningkatkan nilai manfaat kepariwisataan bagi masyarakat/ anggota Pokdarwis dan Mensukseskan pembangunan kepariwisataan.

Mendorong Regulasi 

Pembangunan desa wisata tentu membutuhkan dukungan regulasi atau aturan hukum yang memayungi di dalamnya. Komunitas Ruruhi Project bersama pemerintah desa dan pokdarwis mengantispasi dengan menyiapkan segala perangkat-perangkat aturan/regulasi norma yang lebih bertujuan untuk mengawal pengembangan desa wisata dan mengawasi potensi-potensi penyimpangan yang mungkin saja bisa terjadi. Regulasi disiapkan agar berjalannya aktivitas wisata beserta dampaknya tetap berada dalam koridor regulasi sebagai payung hukumnya. Salah satunya bersama-sama membuat peraturan desa yang berisi tentang norma aturan terkait aktifitas desa wisata namu, seperti soal sapta pesona hingga retribusi. Tak hanya itu, perdes desa wisata namu ini menjadi bahan masukan untuk diterbitkannya peraturan di atasnya, yakni peraturan bupati terkait desa wisata. Hasilnya, pemerintah kabupaten konawe selatan menerbitkan peratiran bupati konawe selatan no 14 tahun 2017 tentang desa wisata namu.     

Kampanye Lingkungan

Cerita aktifitas illegal fishing di sepanjang perairan kecamatan Laonti, hamper tak ada habisnya. Salah satu yang dikisahkan  Haris, warga Desa Namu. Suatu ketika  Ia terperajat. Ia mengarahkan pandangan yang lesu ke arah suara ledakan bom ikan diujung perairan desa.  Ia meninggalkan alat pancing dan bergegas ke arah bunyi ledakan. Di sana  Ia menyaksikan sejumlah nelayan bergegas tanpa rasa bersalah mengambil ikan yang telah mengapung di laut.  Amarahnya mencuat melihat patahan-patahan terumbu karang yang hancur akibat bom ikan tersebut.  Apalah daya Haris, Ia hanya seorang diri dan tidak mampu berbuat apa-apa. Namun ia tak patah semangat, Ia pun berjuang melawan para pembom ikan.

Dari sinilah awal mula perubahan terjadi. Haris mengaku kerusakan terumbu karang akibat illegal fhising telah  merusak lingklungan pesisir serta merusak perekonomian nelayan yang selama ini sangat bergantung pada keramahan laut. “Kerusakan pesisir telah membuat kami susah memperoleh hasil tangkapan  dan berdampak pada kehidupan ekonomi keluarga kami,”kata Haris.  Sejak lamaIa mendambakan adanya upaya perlindungan pada laut desa Namu.  Ia  pun mulai melakukan pengawasan dan membuat Daerah Perlindungan Laut (DPL) di sekitar perairan Namu  tempat nelayan-nelayan destructive fishing melakukan pemboman ikan. Alhasil, upaya Haris dan kawan-kawan membuahkn hasil, selain pembom ikan semakin berkurang, hasil tangkapan nelayan pun mulai kembali normal seiring makin baiknya terumbu karang. Sayang bantuan pemerintah hingga kini belum pernah ada untuk perlindungan kawasan, termasuk bantuan membuat traspalansi karang yang rusak dan belum adanya bantuan modal usaha bersama.

Beruntung kini, Desa Namu mulai dikelola sebagai daerah ekowisata  membuat adanya perhatian pemerintah desa untuk menjaga kawasan perairan secara bersama-sama. Desa yang tadinya kotor dengan sampah-sampah masyarakat pesisir mulai dibersihkan warga.  Semakin lama pengunjung mulai berdatangan, pundi-pundi dana  untuk perlindungan laut Namu diharapkan dapat segera terealisasi agar dapat menjaga laut di sekitar perairan Namu.  Dengan adanya ekowisata perekonomian Desa Namu dapat berputar seperti adanya retribusi desa wisata, kios hingga penyewaan perahu. Sehingga tugas dalam melindungi  Daerah Perlindungan Laut (DPL) di sekitar perairan Namu tidak memata-mata tanggung jawab anggota desa tapi juga hampir sebagian besar masyarakat Desa Namu.  Nelayan pun dalam menangkap ikan tidak terlalu jauh disekitar daerah pemanfaatan Namu  karena ikan-ikan mulai banyak di daerah transplansi karang (pembiakan karang) yang dilakukan para mahasiswa.  Haris kini bisa  tersenyum, dengan melakukan hal kecil membentuk Pokdarwis akan memberi efek perubahan sungguh besar bagi masyarakat dan ilmu penelitian.


Comments

Popular Posts