Kaya Mineral Pesue Jadi Rebutan Pengusaha Tambang


Tanah wawonii benar-benar jadi rebutan perusahaan-perusahaan tambang dari luar Sulawesi Tenggara. Kandungan  mineral dengan kadar tinggi menjadi alasan. Berdasarkan informasi dari pemerintah setempat, diketahui bahwa, di desa ini terdapat 8 (delapan) Izin Usaha Pertambangan (IUP) oleh perusahan-perusahan tambang seperti Kimko, Gema Karya Perdana, Konawe Batu Pratama, Dll. Pada tahun 2009, ke-delapan perusahan tambang tersebut telah melakukan eksplorasi di desa ini untuk eksplorasi jenis Nikel dan Emas. 

Kondisi yang dapat dipastikan tidak menguntungkan bagi masyarakat secara luas mengingat tambang memiliki daya rusak terhadap lingkungan yang luar biasa besarnya. Dimana tambang berdiri, maka sumber air akan jadi masalah bagi warga, jika tidak hilang maka akan dikuasai oleh perusahaan. Sebelum problem ini menjadi nyata maka warga Pesue pun ogah menerima kehadiran tambang di daerahnya. "Kami sudah melihat kejadian di daerah lain, dimana ada tambang bukan kesejahteraan yang didapat tapi bencana bagi warga,"kata Mizi, warga Wawonii.  

Desa Pesue berdiri pada tahun 2007, terpisah dari induknya “Kelurahan Lampeapi”. Berbeda dengan dua desa sebelumnya, Desa Pesue dimekarkan atas desakan dan inisiatif masyarakat sendiri.  Sejak terbentuk, desa ini baru memiliki 1 orang kepala desa yaitu Abdul Rahman yang sebelumnya juga menjabat sebagai pelaksana kepala desa pasca pemekaran. 

Kepemilikan atas tanah di desa ini lebih ditentukan oleh usaha pengelolaan tanah/lahan yang telah berlangsung secara turun temurun. Jauh sebelum pemekaran warga telah menyadari pentingnya sertifikat atas lahan-lahaan meeka.

Menurut Abdul Rahman bahwa sertifikasi atas lahan di desa ini kali pertama dilaksanakan pada tahun 1982 sejak desa ini masih bergabung dengan Desa Lampeapi. Begitu pula antusias warga mengajukan sertifikasi lahan melalui proyek nasional (PRONA) yang sosialisasinya mulai berjalan  pada bulan Februari tahun 2015 ini.

Di desa Pesue, proyek nasional pertanahan ini memprioritaskan pengurusan sertifikasi lahan pertanian sebanyak 100 persil dengan standar minimum luas lahan adalah 1 hektare. Dan khusus Desa Pesue, oleh pemerintah desa telah dilakukan pendataan penerima proyek ini yaitu sebanyak 79 orang. Total kepala keluarga desa pesue berjumlah 83 KK, dimana 100 persen penduduknya beretnis Wawonii dan seluruhnya beragama Islam. 

Seperti umumnya desa-desa  lain di Wawonii, mayortitas penduduk desa Pesue berprofesi sebagai petani. Tanaman unggulannya adalah mete, coklat, pala dan kelapa. Disamping itu, masyarakat setempat sebagian kecil adalah petani jagung, penggarap sawah tadah hujan. Dan sisanya adalah nelayan yang hanya dilakoni ketika musim timur (keras ombak) tiba.

Dari keterangan Kepala Desa juga diketahui, bahwa, petani  di  Desa Pesue telah memiliki kesadaraan untuk berkelompok. Setidaknya terdapat 2 kelompok petani di sana, namun sayangnya kelompok petani sama sekali belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Demikian pula nelayan telah membentuk satu kelompok dan sedikit lebih beruntung karena pernah mendapat satu kali bantuan berupa saru unit perahu.

Masing kelompok tani dan nelayan tersebut terdiri atas 18 sampai 20 orang anggota. Beragam komoditas pertanian di desa ini pemasarannya adalah di seputaran penampung lokal atau dijual langsung ke Kota Kendari.

Kegiatan utama ibu-ibu di desa ini adalah pengrajin/penganyam tikar yang pemasarannya juga di tingkat lokal dan kadang-kadang di pasarkan di Kota Kendari. Selain itu, ibu-ibu juga terlibat aktif pada kegiatan bulanan PNPM berupa kelompok-kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP).^^


Comments

Popular Posts