Dukun Pilihan Si Miskin
Wanita tua itu mencoba berkosentrasi
penuh. Matanya terpejam. Mulutnya terus komat-kamit. Ia seperti meniup-niup
sesuatu di piring berisi air putih. Tiupan itu berisi doa-doa yang diyakini
mujarab. Air putih yang telah diberi ‘mantera’ itu lalu diberikan pada pasien
untuk diminum. “Air ini telah diberi doa-doa agar pasien ini sembuh,”katanya.
Ya, Dialah Wemana (60 tahun) dukun kampung tersohor di Desa Puuloro, Kecamatan
Sampara, Kabupaten Konawe.
Tak cukup dengan memberi air putih
berisi mantera. Wemana juga memberi tambahan pemijatan gratis pada pasien.
Bermodal minyak tawon, perempuan beranak lima itu memijat-mijat bagian tubuh
pasien yang terasa sakit. “Biasanya pasien patah tulang banyak yang datang,”katanya.
Hari itu Wemana memang tengah sibuk
melayani para pasien di rumahnya. Ia melayani pasien di ruang tamu berukuran
sedang. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak korban patah tulang dan
sebagian lagi ibu hamil untuk memeriksa kondisi mereka.
Selain membuka praktik di rumahnya,
Wemana juga biasa mendapat job panggilan ke rumah-rumah warga. Perlakuan
khusus ini hanya diberikan pada pasien hamil. “Umumnya mereka tidak
lagi bisa berjalan jauh. Maka saya harus mendatangi mereka,”kata
Wemana. Namun, seiring waktu, tenaga yang mulai berkurang serta umur
Wemana yang mulai uzur terkadang, Ia tidak lagi mampu melayani
seluruh permintaan pasien. “Saya juga kadang sedih tidak bisa melayani semua
permintaan,’katanya.
Saat menjalankan profesi, Wemana
mengaku tidak membebani pasien dengan uang. Namun ada saja pasien
yang merasa iba padanya.“Terkadang ada yang berbaik hati
memberi makanan dan sedikit uang,”katanya.
Profesi dukun baginya bukanlah hal
baru. Sudah hampir tiga puluh tahun Ia menjalani profesi sebagai dukun di
desanya. Pasiennya beragam dari anak-anak hingga lanjut usia. Dulu ibu Wemana
juga seorang dukun. Saat ibunya meninggal, Wemana pun melanjutkan tradisi dukun
kampung. Ia semakin tergerak di saat tidak adanya jaminan pelayanan kesehatan
di desanya.
Wemana memang menikmati profesinya
dengan suka rela. Ia mengaku murni menjalankan tugas kemanusiaan itu semampu
yang Ia bisa.
Desa Puuloro sendiri adalah sebuah
desa kecil di Kabupaten Konawe. Desa ini berada di balik bukit yang sebenarnya
bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Desa Puuloro
bertetangga dengan Desa Bondoala yang secara geografis cukup dekat dengan
wilayah administratif Kota kendari. Ke arah timur kurang lebih 7 KM
saja. Ke dua desa berada di wilayah administrasi Kabupaten Konawe,
maka jadilah ke dua desa ini terisolir dan dapat dikategori sangat miskin.
Tidak adanya perhatian pemerintah menjadikan desa ini sangat terbelakang baik
dari ekonomi, kesehatan hingga pendidikan.
Comments
Post a Comment