Janji Prona untuk Morobea
ABDUL
Wahab (40 tahun) menyadari pasca otonomi daerah, konflik ruang pelan tapi pasti
akan menjadi kenyataan di wilayah Wawonii. Setidaknya berkaca dari rencana
pemerintah kabupaten konawe kepulauan yang akan merelokasi warga nelayan di
Desa Langara ke desa Tumbu-Tumbu Jaya di Kecamatan Wawonii Tengah membuat
masyarakat sadar akan dampak pemekaran yang membutuhkan ruang pembangunan.
Karena itu Ia
bertekad memperjuangkan agar program nasional sertifikasi lahan dapat segera
terealisasi di desanya. “Kabar program sertikasi tanah sudah masuk ke desa
kami, tinggal menunggu kesiapan masyarakat menentukan batas-batas tanahnya. Menurut
infomasi dari Badan Pertanahan Konkep, untuk melakukan sosialisasi prona maka harus
ada 20 orang perwakilan masyarakat,”kata Wahab.
Desa
Morobea sasaran program nasional sertifikasi lahan diperuntukan untuk pertanian
dan nelayan. Menurutnya sertifikat areal perkebunan masyarakat merupakan bukti kejelasan tanah
itu sendiri agar ada kejelasan batas-batas tanah. Sayangnya, warga desa masih
harus menunggu, sebab, program nasional sertifikasi lahan baru
akan diberikan pada masyarakat pedesaan pada tahun 2016 mendatang .
Terdapat
sekitar 3000 jiwa yang bermukim di seluruh Kecamatan Wawonii Tengah. Warga
hidup dari perkebunan yang subur. Udara bersih dan menyehatkan, pasokan air
juga lancar, berasal dari pipa-pipa yang terpasang dari bukit-bukit di belakang
rumah warga.
Hidup
di Morobea , seolah mengingatkan kita pada wilayah pedesaan lain di Indonesia
yang juga terisolir. Bedanya, Morobea diberkati dengan alam yang kaya, sedang
sebagian desa lain di Indonesia kering kerontang karena sumberdayanya habis dan
tak bisa lagi dimanfaatkan.
Untuk
ke Morobea, harus menggunakan transpotasi laut yang beroperasi sepanjang musim.
Dengan kapal-kapal inilah warga melakukan perjalanan mengangkut hasil-hasil
pertaniannya untuk dijual ke Kota Kendari.
Jauh
sebelum pemekaran terjadi, kampong-kampung di wawonii, ibarat katak di dalam tempurung. Sepeda motor yang
mereka miliki tak bisa kemana-mana, hanya lalu lalang di sepanjang jalan kampung
yang lebar badan jalannya sekitar dua meter saja.
Sejak
lama warga hanya punya satu keinginan sejak bermukim yakni punya jalan yang
tembus menuju ibu kota Kebupaten. Dan keinginan itu akhirnya terwujud , saat Pemerintah
Kabupaten Konawe Kepulauan telah membuka
jalan bagi warga yang dipastikan bisa tembus dilalui hanya dalam tempo singkat
(20 menit saja). Beruntung, beberapa warga Morobea dan Batumea telah memiliki
kendaraan roda dua motor.
Dulu
jalan menuju Langara sangat sulit di lalui karena akses jalan yang rusak berat.
Biasanya, warga terpaksa mengandalkan transportasi kapal untuk ke desa-desa
lainnya. Berkat pembangunan jalan
lingkar yang digagas pemerintah kabupaten, warga sudah bisa menjangkau seluruh wilayah pedesaan di
wawonii melalui jalur darat.
Warga
desa kian optimis akan mencapai kemajuan, berkat kucuran dana besar yang
bersumber dari dana APBN. Kondisi yang membawa angin baru bagi pembangunan pedesaan
di wawonii. “Saat ini aparat desa tengah melakukan penataan kembali data desa,
dimana sangat dibutuhkan dalam
rangka tertib administratif menjelang
penerimaan dana desa yang bersumber dari
APBN,”kata Wahab. Demikian pula program Musrembang sudah dilakukan dan morobea
mengajukan bantuan perpipaan untuk air bersih. “Bak penampungan air dari air
terjun sudah kami rintis dan semoga terealisasi,”katanya.
Comments
Post a Comment