Ironi Jalan Daerah Penghasil Aspal
Kondisi Jalan yang rusak berat di kawasan Buton Utara tepatnya di Kecamatan Kambowa. foto: Yoshasrul |
Akses
menuju kabupaten buton utara tidaklah senyaman berjalan di daerah lain di
provinsi Sulawesi Tenggara. Sepanjang lima jam perjalanan menuju perbatasan Muna dari
arah Kota Baubau mengitari Kabupaten Buton Utara kita akan disuguhi jalan rusak dan
berdebu. Kondisi ini berlangsung hampir 8 tahun belakangan. Tak ada upaya perbaikan
dari pihak pemerintah setempat. Alih-alih memperbaiki pemda Buton Utara menyerahkan
tanggung jawab tersebut pada pemerintah provinsi, sebab status pemeliharaan
jalan tersebut berada dalam wewenang provinsi. "Perbaikan dan pemeliharaan
jalan Itu tanggung jawab pemerintah provinsi,"begitulah kalimat yang kerap
terlontar dari sejumlah pejabat di sana
Sejauh kurang lebih
70 KM dari Kota Baubau menuju daerah Buton Utara yang terlihat hanya kondisi jalan rusak. Hanya
ada sebagian kecil jalan berlapis aspal, tapi telah ditambal sulam. Kondisi
jalan yang demikian parah ini membuat warga marah. Kami sudah tidak tau mau
bilang apalagi soal jalan di sini, sudah bertahun-tahun dibiarkan rusak seperti
ini, entah kemana nurani pemerintah kita,Kami tidak tau lagi mau
mengadu kemana,"kata seorang sopir mengomentari jalan rusak di Buton Utara.
Kerusakan jalan terparah berada di wilayah Kecamatan Kambowa, Kecamatan
Bonegunu hingga ke perbatasan Kabupaten Muna. Padahal jalur ini merupakan akses
strategis bagi ekonomi wilayah Buton Utara karena berbatas langsung wilayah
Kota Baubau.
Meski tudingan miring diarahkan ke pemerintah
provinsi, namun yang jelas kondisi jalan yang rusak parah tersebut sungguh kontras dengan julukan Pulau Buton
sebagai penghasil aspal. Ya, dalam perut bumi Pulau Buton mengandung
beribu-ribu ton aspal mentah. Berpuluh
tahun predikat ini disadang Pulau Buton
sebagai penghasil aspal alam. Bahkan dalam mata pelajaran sekolah, siswa akan
dengan mudah mengingat nama Buton sebagai daerah penghasil aspal. Sejak semasa
sekolah dasar dulu, saya sudah mendengar
naman Buton sebagai penghasil aspal, tapi faktanya tak seperti itu.
Di Pulau Buton sendiri sebuah tambang aspal yang
dikelola PT Sarana Karya berdiri kokoh dan hanya berjarak 5 KM dari pusat
ibukota Kabupaten Buton. Nasib tambang aspal buton sejak 2000 lalu hingga kini
terus terkatung-katung akibat menipisnya modal investor PT Sarana Karya.
Perusahaan Badan Usaha Milik Negara ini
dikabarkan tengah sekarat. Kondisi keuangan perusahaan yang kembang kempis kian
menambah beban perusahaan. Ratusan tenaga kerja terpaksa menganggur sejak
perusahaan ini mulai mengalami bangkrut pada tahun 1997 lalu.
Sejak 1986 hingga kini, pemerintah tidak pernah
memperoleh pendapatan dari aspal. padahal
potensi aspal buton begitu besar dan dikenal di dunia. Tapi apa yang terjadi
selama puluhan tahun perusahaan-perusahaan
yang bergerak pada penambangan aspal buton hanya memasarkan aspal alam, tanpa memperbaiki
mutu pengolahan, akibatnya nama aspal buton semakin merosot di mata dunia.
Tentu Ini merupakan perjuangan panjang agar mutu aspal bisa diterima di pasaran
dalam dan luar negeri.
Sejumlah investor bukan tanpa usaha memperbaiki
kualitas aspal, berbagai tahap dilakukan seperti mengurangi kadar air aspal buton melalui
proses pemanasan dan penghalusan. Bila diubah menjadi aspal modifier harga jual
aspal buton sekitar 100 dolar per ton dengan kandungan 20 persen kadar aspal.
berart otomatis dari kandungan aspalnya
500 dolar per ton, lebih mahal dibanding harga jual aspal alam. Butuh waktu dan
keseriusan semua pihak untuk mengembalikan citra Buton sebagai penghasil aspal
terutama pemerintah setempat.
Dan yang terpenting dari semua itu, bagaimana aspal
Buton bisa manfaatkan dan digunakan di jalan raya Pulau Buton di Pulau Buton
sendiri.
Comments
Post a Comment