Ayo Selamatkan Sungai Kota


Kali sarungga yang terletak di Jalan Bunga Kolosua, Kelurahan Kemaraya, Kota Kendari, tampak bersih dan dihiasi gambar mural di dinding tanggul. foto: Yoshasrul


BERSIH dan jernih adalah cerita sekarang di Sungai Lahundape. Sungai yang membelah di bagian sisi barat Kota Kendari ini nampak kinclong dibanding sungai-sungai lain di kota ini. Tak ada sampah yang mengambang di permukaan sungai. Bagi saya, dari 22 anak sungai yang membelah kota Kendari, mungkin hanya di sungai inilah yang air sungainya terjaga. Bahkan anak-anak di kawasan ini dengan bebas mandi di air sungai ini.
Menjaga sungai agar bersih tentu memiliki cerita panjang di tempat ini. Dulunya sungai ini tak ada bedanya dengan sungai-sungai lain di kota ini. Jorok dan dipenuhi timbunan sampah rumah tangga. Warga yang umumnya membangun rumah di bantaran sungai menjadikan sungai Lahundape sebagai bak sampah alami. Sejak lama Sampah-sampah basah dan kering semua dibuang ke dalam sungai, sungai ibarat tong sampah raksasa yang menjadi pembuangan akhir masyarakat. Itu cerita dulu.
Kondisi sungai yang memprihatinkan itu mendorong kesadaran sebagian warga untuk memanfaatkannya. Mula-mula hanya dilakukan empat orang warga saja. Mereka membersihkan dan membendung sungai dengan batu gunung yang diikat kawat, untuk menampung air. Benih-benih ikan diturunkan ke sungai dan dijaga selama kurang lebih empat bulan. Alhasil, mereka berhasil memanen ikan dan membagi-bagikan pada warga lainnya.
Kursi dan meja disiapkan di sisi Kali sarungga yang terletak di Jalan Bunga Kolosua, Kelurahan Kemaraya, Kota Kendari sehingga menambah keindahan sungai. foto: Yoshasrul
Keberhasilan inilah yang memantik kemauan warga lainnya untuk beramai-ramai membendung sungai dan menjaganya hingga kini. Warga juga membuat aturan main dalam menjaga kebersihan, seperti bekerja berkolompok dan saling mengingatkan untuk tidak membuang sampah. Tidak ada sanksi yang diberikan, tetapi hanya saling mengingatkan dan menghargai.
Jika Pak Wali Kota dapat menyempatkan diri mampir ke daerah ini, saat siang ada banyak anak-anak memanfaatkan sungai untuk mandi dan bermain, tanpa dipungut biaya sepersen pun. Gratis.
Sebagai bahan info tambahan untuk pemkot, bahwa, bertahun tahun silam sudah kerap memelihara ikan di sungai yang panjangnya kurang lebih 50 meter ini. Warga memanfaatkan sungai kecil ini untuk memelihara berbagai jenis ikan air tawar. Tapi lebih banyak kan berjenis nila, mujair dan ikan mas.
Warga sedikit terbantu dengan adanya pasar kecil di tengah pemukiman warga. Pasar pagi yang telah berdiri dua puluh tahun ini menjadi pasar penyanggah bagi warga yang bermukim di kawasan ini. Ini tentu peluang memanfaatkan pedagang ikan yang sering membuang limbah ikan mereka ke dalam sungai. Warga menyarankan agar pedagang ikan yang berjualan di sisi sungai untuk terus membuang limbah ikan ke sungai ini dengan harapan limbah membatu penggemukan ikan. Limbah ikan memang memiliki kandungan protein yang baik untuk kesehatan ikan, dibanding makanan ikan seperti Pelet yang memilki kandungan kimiawi tinggi. Bagi warga makan pelet hanya menjadi makanan tambahan saja.
Memelihara ikan di sungai tentu memiliki banyak resiko, terutama saat musim hujan tiba. Banjir yang datang dari hulu sungai dipastikan menyapu bersih semua yang dilaluinya dibagian hilir. Dari kejadian itulah warga kemudian pernah mengantisipasinya dengan membuat karamba apung yang diletakkan di sisi kiri sungai. Warga cukup melihat cuaca/kalender iklim di kendari, jika musim penghujan tiba, ikan-ikan segera dipanen dan disimpan dalam karamba.
Kegigihan warga menjaga sungai, seharusnya membuat pemerintah Kota Kendari terketuk memberi apresiasi dan setidaknya menjadikan sungai Lahundape menjadi sungai percontohan bagi sungai-sungai lainnya di Kendari. Mengurusi sungai tak sekedar mengurusi lingkungan sekitar sungai saja, tetapi juga ikut mengurusi bahkan mungkin akan menyelamatkan teluk kendari yang menjadi muara akhir dari aliran sungai-sungai di kendari. Seperti diketahui keadaan teluk kendari saat ini sudah sangat kritis akibat degradasi lingkungan yang akut. Sayang hingga kini potret pengelolaan sungai ala warga kemaraya ini tak menjadi program berkesinambungan dan seharusnya pemerintah Kota Kendari bisa menjadikan kegiatan ini sebagai salah satu program lingkungan unggulan selain Adipura.

Setidaknya meneruskan apa yang sudah pernah dirintis Tahun 2003 silam, saat Kota Kendari dipimpin Masyhur Masie Abunawas sebagai walikota. Bahkan, ketika itu pemerntah membantu memberikan bibit ikan buat warga setempat. Saya berharap saatnya pemerintah kota untuk kembali memberikan perhartian pada warga dan menggalakkan gerakan sungai bersih di kota ini.

Sebagian lingkungan di zarungga city kini terlihat berbeda.. ada banyak lukisan mural terpampang di dinding tanggul sungai, juga sebagian terpampang di dinding saluran air rumah warga. Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya. lukisan tangan para pemuda di zarungga city ini dimulai sejak Agustus lalu hingga akhir pekan kemarin. Keberadaan lukisan mural ini telah ikut memompa napas kepedulian warga yang bermukim di daerah aliran sungai lahundape untuk terus bergotong royong melestarikan sungai di sana. Selain lukisan, anak-anak lorong juga menata kawasan pinggir kali dengan kursi mini dan meja dari akar kayu agar warga atau juga org luar yg kebetulan mampir berbelanja di pasar kali bisa nongkrong di tempat ini. Beberapa mereka berseloroh, masih ada yang kurang, bagus kalo di fasilitasi wifi gratis mungkin akan semakin ramai yang hadir. Sekedar saran, mungkin bijak kalau saja anak-anak muda lorong dapat diberdayakan menjadi garda tata sungai, ya setidaknya seperti upaya pemkot selama ini memberdayakan para "pasukan hijau" di jalan-jalan mengawal piala adipura, setidaknya supporting dana kebersihan dapat disisihkan untuk kebersihan sungai-sungai yg ada dalam kota kendari. Saran ini bisa untuk pemkot, anggota dewan atau bisa juga untuk bekal para caleg mendatang.

Comments

Popular Posts